Boomingnya film Fast & Furious
7 di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia telah membuat decak kagum seluruh penonontonnya. Selama
beberapa hari lalu, bioskop Tanah Air dipadati antrean penonton yang ingin
melihat aksi Van Diesel dan almarhum Paul Walker.
Film ini memang menyajikan tontonan memukau. Aksi
kebut-kebutan ditambah adegan adu jotos membuat kita kerap menahan nafas karena
ikut terbawa ketegangan suasana.
Namun selain dua hal tersebut, ada sesuatu yang
sangat menarik sekaligus mengerikan yang dijumpai film Fast & Furious 7,
yakni teknologi God’s Eye atau 'Mata Tuhan'.
'Mata Tuhan' dikisahkan
sebagai program pengintaian digital sapu jagat. Dua perangkat yang bisa menjadi
kaki tangannya adalah kamera dan mikrofon. Jadi setiap perangkat yang punya
kedua fitur tersebut sudah barang tentu bisa menjadi alat sadap si pengguna
'Mata Tuhan'. Mulai dari CCTV, smartphone, dan banyak lagi.
Teknologi ini memungkinkan para penggunanya untuk mengakses berbagai
varian gadget yang dilengkapi dengan fitur fitur teresebut,dan terlebih lagi
apabila teknologi jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab pastinya
dapat membuat resah seluruh pengguna teknologi Gadget yang tidak ingin
privasinya diusik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir
sebagian besar Negara maju mencoba untuk mengembangakan teknologi serupa untuk meminimalisir
tindak tindak kriminal yang dapat mengganggu stabilitas Negara mereka. Contohnya
saja pertengahan tahun kemarin,
Persistent Surveillance System mengembangkan sebuah teknologi yang dapat
mengumpulkan dan informasi secara realtime, sehingga memungkinkan melacak dengan me-rewind, zoom in dan
mengikuti target tertentu.
Ross McNutt, Presiden of Persistent Surveillance
System mengklaim teknologi tersebut layaknya versi live Google Earth.
Persistent Surveillance System menempatkan kamera super beresolusi tinggi pada
sebuah kapal. Pilot dapat menangkap 25m2 segmen bumi secara live secara
berkelanjutan selama enam jam.
Terlebih bila kembali membuka lembar cerita-cerita
aksi spionase National Security Agency (NSA) Amerika Serikat. Organisasi ini
dianggap punya kemampuan digital paling mutakhir untuk urusan memata-matai.
Mulai dari menyadap rekaman telepon warga sampai kepala negara telah dituduhkan
ke NSA.
NSA diketahui juga sampai menggunakan pesawat
Cessna yang terbang dari setidaknya lima bandara besar untuk mendukung aksi
spionase mereka. Pesawat tersebut dibekali peralatan yang dibuat Boeing, yang
menyerupai menara BTS yang digunakan banyak perusahaan telekomunikasi.
Peralatan yang dinamakan 'dirtboxes' itu membuat ponsel memberikan data unik
registrasinya. Alhasil, alat ini dapat mengumpulkan informasi dari puluhan ribu
ponsel dalam sekali penerbangan.
Indonesia pun tak luput menjadi target mata-mata.
Mantan agen NSA Edward Snowden membeberkan dokumen mengenai aksi mata-mata
Selandia Baru terhadap berbagai media komunikasi di Indonesia. Pihak Selandia
Baru bekerja sama dengan Direktorat Sinyal Australia dituding telah
memata-matai Indonesia.
Teknologi yang digunakan
memang tidak jelas seperti apa. Namun mereka mampu memantau setiap panggilan
telepon dan email, dan semua data tersebut langsung masuk ke database, dan
terkoneksi ke databes NSA. Materi yang didapat dari Indonesia lalu disebar oleh
keamanan Selandia Baru ke negara-negara sekutunya, seperti NSA, dan agensi di
Australia, Inggris dan Kanada. Mereka disebut jaringan mata-mata 'Five Eyes'.
Snowden juga mengungkapkan Indonesia turut
dijadikan target penyadapan lewat kartu SIM. Tak hanya disadap oleh NSA dari
Amerika Serikat, Government Communication Headquarter (GCHQ) dari Inggris juga
ikut berperan. Kedua badan intelijen ini menguping seluruh pembicaraan
sekaligus memelototi isi SMS, email dan pesan lainnya melalui chip yang ada di
kartu seluler tersebut.
Kasus lain beberapa bulan lalu dimana warga
Australia diperingatkan tentang adanya peretas yang mendapatkan akses ke kamera
Webcam di rumah, dan bahkan kamera yang digunakan untuk memantau bayi tidur.
Sebuah situs Rusia telah menemukan gambar-gambar
yang bisa diunduh langsung dari ribuan kamera Webcam pribadi di seluruh dunia,
termasuk dari rumah dan sejumlah perusahaan di Australia. Situs ini terdaftar
di wilayah lepas pantai Australia, yakni Kepulauan Cocos.
Melihat kasus-kasuk di atas bukan tidak mungkin ke
depannya para hacker dapat memanfaatkan kamera dan mikrofon yang ada smartphone
untuk memantau gerak-gerik semua orang. Dan 'Mata Tuhan' pun akhirnya bangkit
dari hanya sekadar imajinasi dalam film menjadi sebuah ancaman yang nyata.
(http://inet.detik.com/)
0 komentar:
Posting Komentar